Cerita dewasa ngentot dengan pembantu ini, di mulai ketika aku mengalami
kesusahan ketika menerima tamu di apartement baruku, dan melihat hal
ini akhirnya aku meminta bantuan seorang cewek yang kebetulan sudah aku
kenal lama untuk mencarikan pembantu. Namun yang di tugaskan mencarikan
pembantu malah menawarkan dirinya untuk menjadi pembantu di apartementku
tersebut dan tanpa pikir panjang aku terima saja di sebagai pembantu
apertement tersebut. Dari sinilah di mulai cerita dewasa tersebut ketika suatu siang aku
hendak mengecek persiapan untuk menjamu teman-temanku di apertement aku
mendengar suara aneh seperti seorang wanita yang sedang masturbasi, dan
ternyata suara itu adalah Laili Mahfudhoh pembantuku anak desa tersebut,
dan berikut cerita panas lengkapnya: Kira-kira empat bulan lalu, aku pindah dari rumah kontrakanku ke
rumah yang aku beli. Rumah yang baru ini hanya beda dua blok dari rumah
kontrakanku. Selain rumah aku pun mampu membeli sebuah apartemen yang
juga masih di lingkungan aku tinggal, dari rumahku sekarang jaraknya 3
km. Selama aku tinggal di rumah kontrakan, aku mengenal seorang pembantu
rumah tangga, sebut saja Laili Mahfudhoh/leli. Dia juga pelayan di toko milik majikannya, jadi setiap aku atau
istriku belanja, Leli-lah yang melayani kami. Dia seorang gadis desa,
kulit tubuhnya hitam manis namun bodinya seksi untuk ukuran seorang
pembantu rumah tangga di daerah kami tinggal, jadi dia sering digoda
oleh para supir dan pembantu laki-laki, tapi aku yang bisa mencicipi
kehangatan tubuhnya. Inilah yang kualami dari 3 bulan lalu sampai saat
ini. Suatu hari ketika aku mau ambil laundry di rumah majikan Leli dan kebetulan dia sendiri yang melayaniku. “Leli, bisa tolong saya cariin pembantu…”
“Untuk di rumah Bapak…?”
“Untuk di apartemen saya, nanti saya gaji 1 juta.”
“Wah gede tuh Pak, yach nanti Leli cariin… kabarnya minggu depan ya Pak.”
“Ok deh, makasih yah ini uang untuk kamu, jasa cariin pembantu…”
“Wah.. banyak amat Pak, makasih deh..” Kutinggal Leli setelah kuberi 500 ribu untuk mencarikan pembantu
untuk apartemenku, aku sangat perlu pembantu karena banyak tamu dan
client-ku yang sering datang ke apartemenku dan aku juga tidak pernah
memberitahukan apartemenku pada istriku sendiri, jadi sering kewalahan
melayani tamu-tamuku. Dua hari kemudian, mobilku dicegat Leli ketika melintas di depan rumah majikannya. “Malam Pak…”
“Gimana Leli, sudah dapat apa belum temen kamu?”
“Pak, saya aja deh.. habis gajinya lumayan untuk kirim-kirim ke kampung.”
“Loh, nanti Ibu Ina, marah kalau kamu ikut saya.”
“Nggak.. apa-apa deh Pak, nanti saya yang bilang sama Ibu.”
“Ya, sudah kalau ini keputusanmu, besok pagi kamu saya jemput di ujung jalan sini lalu kita ke apartemen.”
“Ok… Pak.” Keesokan pagi kujemput Leli di ujung jalan dan kuantarkan ke
apartemenku. Begitu sampai Leli terlihat bingung karena istriku tidak
mengetahui atas keberadaan apartemenku. “Tugas saya apa Pak…?” “Kamu hanya jaga apartemen ini, ini kunci kamu pegang satu, saya satu
dan ini uang, kamu belanja dan masak yang enak untuk lusa karena
temen-temen saya mau main ke sini.”
“Baik Pak…” Dengan perasaan agak tenang kutinggalkan Leli, aku senang karena
kalau ada tamu aku tidak akan capai lagi karena sudah ada Leli yang
membantuku di apartemen. Keesokannya sepulang kantor, aku mampir ke apartemen untuk mengecek
persiapan untuk acara besok, tapi aku jadi agak cemas ketika pintu
apartemen kuketuk berkali-kali tidak ada jawaban dari dalam. Pikiranku
khawatir atas diri Leli kalau ada apa-apa, tapi ketika kubuka pintu dan
aku masuk ke dalam apartemenku terdengar suara dari kamar mandiku yang
pintunya terbuka sedikit. Kuintip dari sela pintu kamar mandi dan
terlihatlah dengan jelas pemandangan yang membuat diriku terangsang.
Leli sedang mengguyur badannya yang hitam manis di bawah shower, satu
tangannya mengusap payudaranya dengan busa sabun sedangkan satu kakinya
diangkat ke closet dimana tangan satunya sedang membersihkan
selangkangannya dengan sabun. Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat
dan kuintip lagi, kali ini Leli menghadap ke arah pintu dimana tangannya
sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo
matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus
menutupi liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini
membuat dia merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun
dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi
puting coklat dan liang vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang
dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin meningkat dan tentu
saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku. Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh
pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar
mandiku, Leli yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati Leli
yang membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk
dan kuciumi leher dan punggungnya. Leli yang terkaget-kaget berusaha
melepaskan tanganku dari tubuhnya. “Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong
Pak…” Karena tenaganya lemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya
Leli melemaskan tenaganya sendiri karena kalah tenaga dariku. Bibir
tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu
membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku
yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah
kuremas. “Ahhh.. ahhh.. . jangan.. Pak…”
“Tenang sayang.. nanti juga enak…” Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuat
Leli mengalah dan Leli pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke
mulutku sehingga lidah kami bertautan, Leli pun mulai menggelinjang di
saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. “Arghh.. arghh… enak.. Pak..
argh…” Tubuh Leli kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di
bawah shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya,
dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga,
langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali
seperti busa. Leli makin menggelinjang karena tanganku masih merambah
liang vaginanya. “Argh.. akkkhh… akhh… terus.. Pak… enak… terus…” Aku
pun mulai turun ke bawah setelah payudara, aku menjilati seluruh
tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya dimana aku sudah
jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di
hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya. Aku pun kagum karena Leli merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu
halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang
vaginanya. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh… aw… sshhh.. trus… Pak.. sshh…
aakkkhh…” Aku makin kagum pada Leli yang telah merawat vaginanya karena
selain bau harum, vagina Leli yang masih perawan karena liangnya masih
rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vagina Leli. Jariku
mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Leli diselingi oleh
lidahku. Rasa manis vagina Leli yang tiada habisnya membuatku makin
menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang
dari sana rasa manis itu berasal. Leli pun makin menggelinjang dan
meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya
tidak melepaskan lidahku dari vaginanya. “Auwwwhhh… aahhh… terus.. sedappp… Pakkkh…”
“Leli… vaginamu sedap sekali… kalau begini… setiap malam aku pingin begini terus…”
“Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak… oohhh…” Leli makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku
kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir
30 menit vagina Leli kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan
manis serta menyegarkan membanjiri vagina Leli, dan dengan cepat kujilat
habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan. “Ooohhh… ough… arghhh… sshh.. Pak, Leli… keluar.. nihhh… aahhh… sshh…”
“Yar… cairanmu… mmmhh… sedap.. sayang… boleh.. saya masukin sekarang… batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang…”
“Hmmm… boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu…” Leli pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya
banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh
batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya
direnggangkan. Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi
batangku pada liang vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya
yang hangat, dengan jariku kubuka vaginanya dan mencoba menekan
batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat. “Ohhh… Leli.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya… saya jadi makin suka nih…”
“Mmmmhh… mhhh.. Pak.. perih.. Pak… sakit…”
“Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya…” Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina Leli yang masih
perawan dan Leli pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15 kali
aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina Leli
walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam
vagina Leli sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina
yang hangat melebihi kehangatan vagina Leli membuatku makin cepat saja
menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina Leli. “Leli, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu…”
“Iya.. Pak, tapi masih perih Pak…”
“Sabar ya sayang…”
Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Leli yang masih
rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan
berdiameter 5 cm, wajar saja kalau Leli menjerit kesakitan. Payudaranya
pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan
kugigit putingnya. “Ahh.. ahhh.. aah.. aww… Pak… iya Pak.. enak deh..
rasanya ada yang nyundul ke dalam memek Leli.. aahh…” Leli yang sudah
merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur
mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada
tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah
makin melebar.
Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke
perutnya dimana Leli hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman
batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kami membuatku
makin giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka Leli yang basah
oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga
membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya
yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami
bertautan, Leli pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin
bernafsu. “Mmmhh… mmmhhh… Pak.. batangnya nikmat sekali, Leli jadi..
mmauu… tiap malam seperti ini.. aaakh… aakkhh.. Paaakkhh.. Leli
keeluuaarrr.. nniihh…” Akhirnya bobol juga pertahanan Leli setelah hampir satu jam dia
menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan
kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya,
tapi rupanya selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya
dan membasahi pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke
lantai kamar mandi dan lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya
supaya tidak jatuh. Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat
tanpa melihat keadaan Leli, dimana batangku yang masih tertancap di
vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy style, tangannya
kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari belakang.
Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama
batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang. Vagina Leli makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental
dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu
membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata
dan melenguh. “Ohhh… ohhh.. Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini
aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa… aakkh.. aakkhh… sshhh…”
Yarmi tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja
menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja.
Satu jam kemudian meledaklah pertahanan Leli untuk kedua kalinya dimana
dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental
dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya.
“Akhhh… aakkhh… Pak… Pakkhh… nikmattthhh…” Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit kemudian gantian
tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan
membasahi liang vagina Leli dan muncrat ke rahim Leli, yang disusul
dengan lemasnya tubuhku ke arah Leli yang hanya berpegang pada kran
sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi.
Batangku yang sudah lepas dari vagina Leli dan masih menetes cairan dari
batangku, dengan sisa tenaga kugendong tubuh Leli dan kami keluar dari
kamar mandi menuju kamar tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku
secara bersamaan. Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang
dikecup oleh Leli yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih
melekat pada batangku, Leli layak anak kecil menjilati es loli. Aku usap
kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Leli bergeser sehingga
muka kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku. “Pak.. Leli puas deh… batang Bapak nikmat sekali pada saat
menyodok-nyodok memek Leli, Leli jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di
saat air hangat mengalir deras di rahim Leli… kalau Bapak gimana? Puas
nggak.. sama Leli…?” “Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina
Leli yang masih rapat.. terus terang… baru kali ini Bapak puas sekali
bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang…
makanya saya mau Leli siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua
saya… gimana..?” “Saya mah terserah Bapak aja.”
“Sekarang saya pulang dulu yach.. Leli… besok aku ke sini lagi…”
“Oke… Pak.. janji yach… vagina Leli maunya tiap hari nich disodok punya Bapak…”
“Oke.. sayang…”
Kukecup pipi dan bibir Leli, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia
di apartemenku. Sejak itu setiap sore aku pasti pulang ke tempat Leli
terlebih dahulu baru ke istriku, sering juga aku beralasan pergi bisnis
keluar kota pada istriku, padahal aku menikmati tubuh Leli pembantuku
yang juga istri keduaku, hal ini sudah kunikmati dari tiga bulan yang
lalu dan aku tidak tahu akan berakhir sampai kapan, tapi aku lebih
senang kalau pulang ke pangkuan Leli. Cerita lain silahkan klik http://bit.ly/2pCj39m
Anna dan Dicky menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini. Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat muda, aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Sinta telah ada di sana. Dicky mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek.
Cerita ini merupakan pengalamanku yang pertama kali berhubungan sex dengan wanita yang lebih tua dariku Karena aku biasanya ngentot dengan gadis-gadis belia apalagi dengan cewek-cewek abg yang masih smp pasti hasrat sex dan nafsu ngentot ku bakal tak terbendung Karena itu cerita ngentot wanita dewasa janda ini merupakan pengalaman spesial dan baru bagiku Simak saja cerita dewasa berikut ini untuk mengetahui jalan ceritanya
Tamara (35 tahun) adalah seorang mantan wartawan infotainmen, yang hidupnya kurang bahagia. Ia sudah menikah selama lima belas tahun dengan suaminya, Marlon Sukmandjaya, 42 tahun, yang berprofesi sebagai polisi, namun mereka belum juga dikarunai keturunan. Tamara dan suaminya tinggal di salah satu unit Apartemen Sunset Point di pinggir kota.
Kisah yang terjadi saat aku berumur 19 tahun dan masih kelas 3 SMA, dimana bodyku yang langsing dan seksi membuat para cowok selalu memandangiku, karena aku juga sering olahraga jadinya badanku kencang , proposeional seperti model apalagi kulitku yang putih, cerita ini aku bagikan kepada semua karena memang aku pernah mengalami kejadian tersebut.
Aku sedang menyantap makan siang di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pak Erwan, manajer IT perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo siang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor.
Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, semenatar tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah. Tiba-tiba Indra beranjak dan denagn cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Kini ia sama denganku, telanjang bulat-bulat.
Cerita ini kubuat semata-mata hanya ingin berbagi pengalaman, dimana kejadian yang kualami ini sungguh-sungguh terjadi kurang lebih setahun yang lalu. Sengaja nama tempat-tempat yang pernah ada, kusamarkan karena tidak enak dengan karyawan lain.